Menjaga Kesehatan dengan Diet Garam

Mungkin  masih terasa asing dengan istilah diet garam. Namun, Anda tentu pernah melihat seorang anak yang cacat mental, bukan? Dahulu, di Cina, banyak anak-anak yang terlahir dengan kondisi cacat mental karena kurangnya asupan yodium pada tubuh sang anak ketika masih berada dalam kandungan. Jangankan di Cina, di Indonesia juga banyak kejadian serupa. Itulah mengapa pada zaman orde baru ada gerakan sadar mengkonsumsi garam beryodium.


Pentingnya Yodium

Diet garam, artinya adalah mengatur pola konsumsi garam. Pengaturan ini baik untuk membatasi asupan garam bagi para penderita penyakit tertentu, maupun pengaturan asupan garam pada anak-anak. Pengaturan asupan ini penting dilakukan agar garam yang masuk ke dalam tubuh akan lebih banyak manfaatnya daripada tidak manfaat. Garam yang terlalu banyak di dalam darah akan membuat darah terlalu kental sehingga bisa menyebabkan hipertensi.

Sebaliknya, kalau asupan garam kurang, selain akan berpengaruh pada kecerdasan, juga bisa menimbulkan gondok. Penyakit gondok pada orang-orang yang kurang mengkonsumsi garam, selain akan mempengaruhi penampilan, juga akan membuat adanya penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit menular. Tentunya tidak ada negara yang menginginkan rakyatnya menderita seperti itu. Selain akan menurunkan kualitas kecerdasan rakyat, juga akan membuat usia produktif seseorang terganggu.

Iodine atau yodium dalam garam berpengaruh pada kecerdasan otak seseorang. Maka dari itu, sedini mungkin, anak-anak harus diberikan asupan yodium yang cukup. Namun, beberapa tahun belakangan, banyak terjadi kasus ibu hamil yang kelebihan garam sehingga muncul hipertensi saat kehamilan dan tubuh membengkak tidak wajar. Pola makan ibu hamil yang tidak karuan karena terpengaruh mitos bahwa kalau sedang hamil, itu artinya ibu harus makan dua kali lipat.
Baca Juga : Diet OCD Ampuh Menurunkan Berat Badan
Padahal dengan pola hamil sehat, seorang wanita yang sedang mengandung seharusnya melakukan pola makan hamil sehat. Asupan makanan tidak seharusnya hanya mengandalkan asal kenyang. Ada pola makan yang harus memikirkan apa yang baik bagi perkembangan sang janin. Pengetahuan ibu tentang gizi seimbang dan jenis makanan yang baik untuk ibu dan anak adalah kunci yang sangat baik agar asupan garam ini bisa seimbang.

Kalau tidak, kelebihan garam ini akan berdampak tidak sehat. Kondisi tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan ibu dan janin. Terutama, bagi yang akan melahirkan. Dokter kemudian akan meminta ibu tersebut untuk melakukan diet asupan garam. Hal itu dilakukan untuk memperkecil risiko kematian saat melahirkan.

Hipertensi pada saat hamil ini malah bisa berakibat fatal setelah sang bayi dilahirkan. Garam itu seperti api. Ketika asupannya tidak banyak dan tidak sedikit, garam adalah teman. Sebaliknya, ketika asupannya terlalu banyak, garam akan membunuh. Cara garam membunuh cukup mengerikan. Sumbatan darah yang mengental akibat terlalu banyak garam bisa menghentikan detak jantung. Belum lagi ketika kepala terasa sangat sakit, berputar, dan bagaikan terkena hantaman palu yang sangat besar.

Padahal, sumber garam ini cukup banyak. Kalau hanya yang berbentuk garam, mungkin masih bisa diukur dan diatur. Bagaimana dengan sumber makanan lain yang juga mengandung yodium? Bila ibu atau keluarga ibu hamil tidak mengetahui dan tidak juga peduli dengan asupan yodium ini, maka akan sangat mudah bagi seorang ibu hamil akan mendapatkan kandungan yodium berlebih di dalam darahnya. Investasikan waktu untuk mempelajari berbagai hal yang berkaitan dengan diet asupan garam, merupakan sesuatu yang sangat baik.

Sumber Yodium Bukan Hanya Garam

Banyak orang yang salah asumsi tentang garam dan kaitannya dengan yodium. Yodium memang baik untuk kesehatan. Namun, yodium tidak hanya terdapat pada garam. Ikan laut, cumi-cumi, kerang, telur, susu, daging adalah contoh-contoh makanan yang juga mengandung yodium. Akan tetapi, kandungan yodium dalam makanan ini tidak sebanyak pada garam. Beda kalau makanan tersebut diolah menjadi hidangan tertentu. Garamnya tentu saja akan bercampur dengan bumbu-bumbu yang digunakan.

Orang pun seolah seperti berlomba-lomba mendapatkan zat yang dapat mempengaruhi kecerdasan otak dalam garam. Kebutuhan akan garam pun meningkat. Sehari-hari, harus ada garam dalam makanan yang dimakannya. Padahal, tubuh kita membutuhkan kurang dari 7 gram garam dapur saja sehari. Pengetahuan ini jarang diketahui oleh banyak orang sehingga mereka mengira kalau makanan tidak akan terasa nikmat tanpa rasa asin yang pas dan tepat.

Hal inilah yang biasanya membuat menu harian  memberikan asupan garam berlipat-lipat kali lebih banyak dari jumlah ini sehingga dapat menimbulkan beragam penyakit, seperti hipertensi, serangan jantung, dan stroke. Takaran yang pas tidak kurang dan tidak lebih pada garam dapat membantu  dalam membiasakan pola hidup sehat. Lalu bagaimanakah caranya agar asupan garam itu menjadi seimbang? Mungkin akan cukup sulit kalau harus menakar semua makanan yang masuk ke dalam tubuh.

Diet Asupan Garam

Sepertinya, sulit untuk melakukan diet asupan garam mengingat lidah orang Indonesia yang kurang bisa menerima makanan hambar atau kurang asin. Namun, dengan niat dan tekad kuat, Anda pasti bisa melewati tahap demi tahap diet yang akan memberikan efek positif bagi tubuh di kemudian hari. Jangan lupa, tularkan kebiasaan baik ini pada anak-anak  sedini mungkin. Kurangi konsumsi garam dengan melakukan hal-hal berikut.

Bila akan memasak, kurangi kadar garamnya. Misalnya, bila terbiasa membubuhkan satu sendok teh garam, kurangi setengah hingga seperempat sendok. Pada awalnya mungkin kebiasaan ini menjadi sesuatu yang kurang nyaman karena rasa makanan menjadi tidak sesedap seperti biasanya. Memang harus ada sesuatu yang diperbuat agar kualitas kesehatan bisa menjadi lebih baik atau bahkan terjaga. Kalau sudah menjadi satu kebiasaan, keadaan ini akan menjadi sesuatu yang tidak asing lagi.
Baca Juga : Kumpulan Aneka Menu Sehat
Terutama kalau mempunyai anak kecil. Kebiasaan makan mereka harus diatur sedemikian rupa agar mereka terbiasa dengan asupan garam yang tidak terlalu banyak. Kalau misalnya telah makan semangkuk bakso, sebaiknya tidak makan sup lagi. Bakso dan kuah bakso itu biasanya mengandung garam yang cukup banyak. Bila cukup sensitif, biasanya kalau asupan garam itu sudah sedikit berlebih, kepala menjadi agak berat dan tubuh menjadi sedikit lemas atau lesu. Apalagi kalau senang makan keripik dan makanan kecil lain yang biasanya mengandung garam tinggi.

Jangan biasakan anak makan makanan ringan yang mengandung garam yang cukup tinggi, seperti makanan kaleng dan makanan olahan lainnya, makanan ringan dengan rasa asin dan gurih. Harga makanan seperti itu biasanya sangat murah, sekira 500 rupiah hingga 1500 rupiah. Makanan yang sangat murah ini sangat berbahaya bagi anak-anak karena akan mempengaruhi asupan garam pada tubuh anak-anak. Tentu akan sangat disayangkan kalau anak-anak sampai kelebihan garam.

Betapa menyedaihkan kalau anak-anak usia sekolah itu harus menderita hipertensi. Selain urusan sekolah dan belajarnya pasti terganggu, kemampuan mereka melakukan kegiatan sekolah pasti akan berpengaruh. Orangtua hendaknya mengawal asupan gizi bagi anak-anak mereka. Tanpa adanya bimbingan dan comtoh yang baik dari orangtua, anak-anak akan tumbuh menjadi oarng dewasa yang tidak tahu tentang kandungan gizi setiap makanan yang masuk ke dalam tubuhnya.

Mengcek label nutrisi yang terdapat dalam setiap kemasan makanan yang dibeli seharusnya menjadi kebiasaan. Dengan melakukan ini, Anda jadi terbiasa mengetahui kandungan garam yang ada pada setiap makanan, seperti roti, sereal, makanan kaleng, dan makanan dalam kemasan lainnya. Kandungan itu sendiri menjadi satu patokan untuk mengkonsumsi makanan yang lain. Yang paling aman memang mengkonsumsi makanan ringan tanpa dimasak. Kalau pun dimasak, sebaiknya direbus tanpa menggunakan garam.

Usahakan membeli makanan yang kadar garamnya sedikit. Ganti garam dengan bumbu-bumbu lain yang dapat memberikan rasa enak walaupun tanpa menggunakan garam. Kalaupun terasa hambar, demi kesehatan, hal ini memang harus dilakukan. Makanlah sayur dan buah-buahan segar setiap hari, perhatikan pula proses memasaknya.

Agar lidah dan tubuh menjadi sensitif terhadap garam, ada baiknya untuk menyadari kalau garam ini merupakan barang yang seperti pisau bermata dua. Salah dalam menggunakannya, maka akan berakibat fatal pada kesehatan. Kesadaran untuk selalu menjaga kesehatan harus menjadi gaya hidup. Orang yang menyadari kalau hidupnya sangat berharga, maka akan berusaha untuk hidup sehat serta menjadikan diet garam sebagai salah satu gaya hidup.
---